Klien: Bank Dunia

 

Pada tahun 2016, Svara Institute (Dahulu Presisi Indonesia) bersama Bank Dunia dan Kementerian Perdagangan melakukan studi substitusi impor. Indonesia memandang industri input antara yang berkembang, termasuk bahan baku olahan dan barang modal, sebagai landasan proses industrialisasi. Seperti yang dituangkan dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, pemerintah bertujuan untuk mempromosikan kebijakan yang dapat mengubah bahan baku menjadi bahan semi-olahan dan dari bahan semi-olahan menjadi komponen dan untuk meningkatkan penambahan nilai di domestik daripada bergantung kepada impor. Oleh sebab itu, adalah penting untuk dapat mengevaluasi dampak strategi substitusi impor terhadap pengembangan industri input antara. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana sektor input antara di sektor manufaktur Indonesia sampai saat ini, dan untuk mendapatkan gambaran kelayakan strategi substitusi impor sebagai bagian dari strategi industrialisasi secara keseluruhan.

Kebijakan substitusi impor di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1970an. Meskipun membantu mengurangi ketergantungan impor untuk input antara, namun ada misalokasi sumber daya untuk produksi dalam pasar domestik dibandingkan ekspor dan industri padat modal dibandingkan yang padat karya. Sejak tahun 1985, kebijakan perdagangan di Indonesia bergerak menuju orientasi ekspor. Periode krisis 1997 sampai 1999 ditandai dengan intervensi International Monetary Fund (IMF) untuk menstabilkan situasi makroekonomi Indonesia. Program pemulihan dan reformasi ekonomi IMF mendorong ekonomi Indonesia menjadi ekonomi terbuka melalui liberalisasi unilateral. Pada tahun 2008 telah terjadi penurunan tajam proteksi lintas sektor dibandingkan tahun 1996. Namun, pada tahun 2009 pemerintah meluncurkan program down streaming yang fokus pada beberapa sektor, yaitu pertambangan mineral dan batubara. Program ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, sekaligus memberikan lapangan kerja dan peluang bisnis.

Dengan menggunakan data pada tingkat perusahaan dan perdagangan manufaktur Indonesia dalam dua dekade terakhir, diperoleh perspektif yang berbeda mengenai penerapan kebijakan substitusi impor. Pesan yang paling penting adalah selama ini telah terjadi perkembangan alami sektor input antara yang cukup sehat, terutama untuk industri komponen dan parts.

Secara keseluruhan, keputusan penerapan substitusi impor terhadap industri input antara lokal sepertinya tidak optimal. Faktanya, kebijakan tersebut tidak mampu mencapai tujuan untuk memiliki lebih banyak jumlah pasokan atau industri antara yang lebih maju di dalam negeri. Daripada melindungi industri tersebut, pendekatan yang lebih baik adalah menjaga atau mengintensifkan sejauh mana kehadiran perusahaan asing di industri tersebut. Terlihat dari analisis bahwa sektor input antara dengan peningkatan investasi asing tumbuh pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.

Bagikan Artikel

Tags